Kewajiban Pada Orang Tua dan Batasan-batasannya (QS Luqman 13-15)


Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah, pada kesempataan ini Allah memberikan kesempatan waktu yang luang bagi saya untuk menuliskan sedikit penjelasan tentang kewajiban atau taat pada orang tua dan batasan-batasannya.

Meluruskan Pemahaman Terhadap Surat Luqman 13 sampai 15 (Antara kewajiban berbakti pada orang tua dan mentauhidkan Allah)

Saat ini banyak kekeliruan yang dilakukan orang tua dalam mengarahkan anaknya untuk taat kepadanya tanpa melihat batasan-batasan syar’i. mungkin untuk kata taat kurang pas untuk hubungan anak dengan orang tua.. ketaatan hanya pada Allah, sedangkan kepada orang tua hanyalah patuh, itu pun harus dalam koridor-koridor ketaatan pada Allah. Ketika telah keluar dari koridor ketaatan pada Allah, maka anak boleh tidak patuh kepada orang tua dengan cara yang baik.

Baca juga pacaran sebenarnya adalah cara berbuat maksiat aib tertutup

Saat ini, banyak aktivis dakwah yang terjebak dalam lingkup realita kehidupan materialistis. Demi ketaatan pada orang tua, ia rela mengorbankan akidahnya, walau pun hanya dengan melakukan ritual kedaerahan yang tidak ada dalam Al Qur’an mau pun contoh Rosulullah dan sahabat. Orang tuanya dengan lantang mengeluarkan dalil surat luqman.

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.
QS. Luqman : 14.

Sekilas, ayat tersebut seolah menekankan anak untuk berbuat (lebih tepatnya bersikap) baik pada orang tua, walaupun harus melanggar prinsip-prinsip akidah. Salah satu kasus, ada sepasang ikhwan dan akhwat yang akan melakukan pernikahan. Pada proses ta’aruf memang berjalan dengan syar’i. Tapi pada proses khitbah, kejanggalan-kejanggalan mulai muncul. Hanya karena nama sang ikhwan yang menurut orang pintar kurang menguntungkan, nama di catatan KUA-nya harus diganti dengan panggilan lain. Pada prinsipnya, orang pintar yang mengatur-ngatur nama keberuntungan, hari keberuntungan dan sial adalah dukun. Maka secara syar’i dapat dijelaskan pada hadits di bawah ini.

“Barangsiapa yang mendatangi orang pintar(dukun) lalu bertanya sesuatu kepadanya maka shalatnya tidak diterima selama empat puluah hari atau empat puluh malam.” (Diriwayatkan Muslim)

Efek dari tidak syar’i-nya proses khitbah menjalar ke moment pernikahan, pertama pada saat akad nikah ikhwan dan akhwat tersebut direndengkan berdua secara menempel. Kedua, setelah akad nikah, ada prosesi saweran. Secara syar’i masih meragukan (syubhat), dan jika kita analisa lebih dalam, saweran lebih cenderung ke arah ritual orang hindu. Maka dalam perkara ini Rosululloh bersabda:

Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang meniru suatu kaum maka dia termasuk dari mereka.” (HR. Abu Daud yang dishahihkan oleh Ibnu Hibban)

Dan ini berlanjut ketika sang akhwat hamil tujuh bulan, pada prinsipnya acara tujuh bulanan tidak masalah selama tidak disertai hal-hal syubhat.. tapi pada prosesi tujuh bulanan ini, sang akhwat disuruh melakukan suatu ritual dengan cara mengejar-ngejar paraji (dukun beranak) tanpa mengenakan jilbab. Adakah contoh dari Rosulullah dan sahabat???

Baca juga 5 Alasan kenapa kita di turunkan ke Dunia / bumi

Hmmm…
Seperti inikah bentuk kepatuhan pada orang tua????

OK, by the way and many bus way???

Bukan ayat-nya yang salah, tapi orang yang memahami ayat di atas yang salah!

Para ibu dan para bapak harusnya jangan langsung tertuju pada ayat ke-14 surat luqman, alangkah bijaknya sebelum menegur anak, baca dahulu ayat sebelum dan setelahnya…

Ini lengkapnya...

Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. QS. Luqman : 13-15

Yang harus para bapak ibu pahami, pesan pertama lukman pada anaknya adalah “janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Barulah pesan kedua yaitu berbuat baik pada kedua orang tua.

Ingat, sekedar berbuat baik! Bukan patuh!

Dan jika bapak dan ibu melakukan kesyirikan dan menyuruh anak melakukan kesyirikan juga, kemudian anak menolak. Maka adalah hak bagi anak menolaknya dan tidak berdosa selama penolakan itu dilakukan dengan cara yang baik.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, QS. Luqman : 15

Maaf bukan maksud saya mengajari anak-anak untuk tidak sopan kepada orang tua, tapi ini supaya anak-anak yang menjadi aktivis dakwah tidak terkena tekanan mental dari orang tua yang belum memahami hakikat “berbakti pada orang tua” yang sesuai dengan syari’at.

Baca juga : Video siksa kubur akibat makan riba

Jadi, untuk para aktivis dakwah, nggak perlu takut dengan kutukan Allah ketika orang tua menyuruh antum untuk melakukan hal-hal berbau syirik, dan antum menolak dengan cara yang baik. Doakan saja, mudah-mudahan orang tua yang saat ini masih kental dengan adat istiadat yang bertentangan dengan Al Qur’an dan sunnah segera mendapat hidayah

Wallahu’alam bi showab...
Sumber : https://www.facebook.com/notes/10150464750037652/

Jangan lewatkan informasi strategi bisnis menarik, kami dikirim via email anda

0 Response to "Kewajiban Pada Orang Tua dan Batasan-batasannya (QS Luqman 13-15)"